Rabu, 25 Februari 2015

Tubuh dan Pikiran Apa Yang Anda Inginkan ?

Suara seorang wanita yang terdengar di ujung telepon bertanya dalam acara talkshow  interaktif di sebuah radio swasta di Bali, setelah mengucap salam, ibu ini bertanya kepada saya, “bila saya mendengar acara tentang kejernihan pikiran, membaca buku-buku motivasi atau seminar-seminar pencerahan semuanya terasa benar dan baik, tetapi mengapa ya itu terasa susah sekali untuk dilakukan?”

Pernahkan Anda mengalami hal yang sama? Jika ya, berarti Anda tidak sendirian, sebagian besar hal ini terjadi di masyarakat dunia.

Terasa betul sekali apa yang dikatakan ibu tersebut bahwa seringkali apa yang kita dengar, baca atau ikuti dalam pelatihan itu semuanya indah, tetapi hanya dapat dijalankan dalam tataran pikiran atau filosofis. Dalam tataran praktis sehari-hari apalagi dalam kehidupan bermasyarakat ketika kita dituntut berhubungan dengan orang lain semuanya itu susah sekali dilakukan, “contohnya berpikir positif dan sabar”, ibu pendengar radio yang diujung telepon itu melanjutkan, “Bagaimana kita dapat berpikir positif sementara orang lain menuduh saya yang bukan-bukan, atau bagaimana kita dapat sabar jika saya sudah beritahu staf saya berkali-kali dengan berbagai cara dia masih melakukan kesalahan juga.”

Lagi-lagi, sangatlah mudah untuk setuju pada apa yang dikatakan ibu tersebut. Kita mengiyakan karena itu juga terjadi pada diri kita. Di sini kita tidak mencari cara apa yang seharusnya dilakukan, tetapi melakukan pembenaran-pembenaran dalam kelemahan diri, dan bahkan mengklaim jika apa yang ada di buku atau diseminar bukan hanya susah, tetapi tidak mungkin dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak sedikit yang mempunyai kesimpulan bahwa yang namanya sabar, tekun, percaya diri, pemarah, pemalu dan sifat-sifat lain yang positif atau negatif itu adalah turunan atau bawaan orok, bahwa semua itu sudah ada dalam jaringan DNA/RNA kita dan tidak mungkin dapat diubah.

Pertanyaan selanjutnya, apakah sifat dapat diubah? Ya dan tidak, lho kok jawabannya ambigu begitu? Ya semuanya tergantung, tergantung dari keyakinan atau system kepercayaan kita. Henry Ford pernah berkata “Whether you think you can or you can’t, you are right”, jika Anda berpikir bisa atau Anda tidak bisa, dua-duanya Anda benar. Jika semua tergantung keyakinan, apakah dengan kita yakin bisa sabar, kita akan menjadi orang sabar? No, tunggu dulu, mempunyai Keyakinan bahwa kita dapat berubah  kearah yang lebih baik adalah suatu fondasi yang bagus, tetapi jika kita berhenti sampai fondasi saja dan tidak membangun rumah, kita tetap kehujanan dan kepanasan.

Manusia adalah makhluk kebisaaan, dan semua system kepercayaan (belief system), nilai (value), aturan (rules) atau mudahnya sifat yang ada didalam diri kita semuanya terbentuk dari pengalaman atau kebiasaan masa lalu kita. Kita mempunyai pohon dalam pikiran kita, ada pohon kesabaran, cinta kasih, kepedulian, melayani atau sering disebut sifat positif dan juga pohon yang tidak menguntungkan seperti ketakutan, keserakahan egois, dan lainnya. Perlu diketahui bahwa semua ini sebenarnya tidak ada yang buruk, semuanya mempunyai maksud yang baik, mereka ada pada dasarnya untuk melindungi diri kita. Misalnya orang yang serakah, jika dilihat, orang ini pada dasarnya takut akan masa depan yang tidak pasti. Oleh karena itu, untuk melindungi dirinya dari kesengsaraan, dia mengamankan dirinya dengan ingin memiliki lebih pada semua hal. Kita dapat menyimpulkan disini dengan satu kata yang berkonotasi tidak baik yaitu serakah. Sekali lagi semua aturan, kepercayaan, value dalam diri seseorang pada dasarnya baik, tetapi ada yang menguntungkan, ada yang tidak menguntungkan dirinya. Kembali pada analogi pohon, sama seperti pohon yang ada di dunia ini, pohon dalam pikiran kita juga akan berkembang jika kita merawat atau memberikan makanan. Jika dalam kehidupan sehari-hari kita menyiram pohon kemarahan, pohon ini akan berkembang dan mempunyai akar yang sangat kuat, tarikannya akan begitu kuat sehingga jika ada sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita ,alangkah mudahnya kita terseret dalam kemarahan dibandingkan kesabaran yang pohonnya tidak pernah kita beri makan.

Saringan Pikiran
Bad news is good news. Itulah semboyan yang sering kita dengar dari media massa, jika kita mau perhatikan bahwa dalam era komunikasi ini sangat sulit kita terlepas dari media. Boleh dikatakan kita adalah generasi pertama yang dikepung media. Dan tak terbantahkan jika berita buruk seperti perkosaan, pencurian, korupsi lebih mendominasi media massa yang ada disekeliling kita. Seorang sahabat yang sangat kreatif, Mas Iwang, begitu biasanya dia dipanggil, dengan keisengan kreatifnya pernah menutup semua berita “negatif” pada sebuah eksemplar surat kabar nasional, terbitan ibukota dengan kertas warna hitam, dan membiarkan berita “positif” begitu saja, alhasil lebih dari 70% dari Koran tersebut berwarna hitam. Belum lagi jika kita sering melihat tontonan seperti berita criminal mungkin lebih dari 10 berita ada 12 yang buruk.

Di saat kita memperhatikan sesuatu, apapun itu, sebenarnya kita memberikan energy kepada apa yang kita perhatikan tersebut, ketika kita melihat tayangan atau bacaan atau mendengar berita buruk yang membuat kita takut, cemas atau marah, itu sama saja kita memberi energy (baca: air) pada pohon ketakutan, kecemasan dan kemarahan dalam diri kita. Fokus kepada berita yang menguntungkan dan menghindari berita yang merugikan adalah kuncinya.
Sebuah email yang saya terima beberapa tahun lalu, masih tersimpan, tentang saringan tiga lapis, sangat membantu saya untuk menyaring berita yang perlu saya ambil atau tidak. Izinkan saya membagi tulisan itu di sini.

Pada zaman Yunani kuno, Socrates adalah seorang terpelajar dan intelektual yang terkenal reputasinya karena pengetahuan dan kebijaksanaannya yang tinggi. Suatu hari seorang pria berjumpa dengan Socrates dan berkata, “Tahukah Anda apa yang baru saja saya dengar mengenai salah satu teman Anda?”
“Tunggu sebentar,” jawab Socrates. “Sebelum Memberitahukan saya sesuatu, saya ingin Anda melewati sebuah ujian kecil. Ujian tersebut dinamakan Ujian Saringan Tiga Lapis.”
“Saringan Tiga Lapis?” tanya pria tersebut.
“Betul,” lanjut Socrates, “sebelum Anda mengatakan kepada saya mengenai teman saya, merupakan ide yang bagus untuk menyediakan waktu sejenak dan menyaring apa yang akan Anda katakan. Itulah kenapa saya sebut sebagai ujian Saringan Tiga Lapis.”
“Saringan yang pertama adalah KEBENARAN. Sudah pastikah Anda bahwa apa yang akan Anda katakan kepada saya adalah hal yang benar?”
“TIdak” kata pria tersebut, “Sesungguhnya saya baru saja mendengarnya dan ingin memberitahukannya kepada Anda.”
“Baiklah,” kata Socrates. “Jadi Anda sungguh tidak tahu apakah hal itu benar atau tidak.”
“Sekarang mari kita coba saringan kedua, yaitu KEBAIKAN. Apakah yang akan Anda katakan kepada saya mengenai teman saya adalah sesuatu yang baik?”
“Tidak, sebaliknya, mengenai hal yang buruk.”
“Jadi,” lanjut Socrates, “Anda ingin mengatakan kepada saya sesuatu yang buruk mengenai dia, tetapi Anda tidak yakin jika itu benar. Anda mungkin masih dapat lulus ujian selanjutnya, yaitu KEGUNAAN. Apakah cerita yang ingin Anda beritahukan kepada saya tentang teman saya tersebut akan berguna buat saya?”
“TIdak, sungguh tidak,” jawab pria tersebut.
“Jika begitu,” simpul Socrates, jika apa yang Anda ingin beritahukan kepada saya tidak benar, tidak juga baik, bahkan tidak berguna untuk saya, mengapa Anda ingin menceritakannya kepada saya?”

Tubuh dan pikiran adalah suatu kesatuan yang keduanya saling berinteraksi, dan keduanya adalah hasil dari apa yang dilakukan dan dipikirkan terhadapnya dimasa sebelumnya. Jika kita melihat tubuh ini dan memperhatikan pikiran kita semuanya terbentuk seperti sekarang ini karena ini adalah hasil dari apa yang telah Anda lakukan dan pikirkan. Jika sulit bagi diri kita untuk berpikir positif itu tidak lain karena pohon “positif” dalam pikiran kita jarang diberi makan, ketika perasaan iri dengki dominan dalam diri kita, itu bukan karena kejadian di luar atau orang lain yang menyebabkannya, semua adalah peran kita dalam memupuk kesuburannya. Karena itulah apa yang disampaikan dalam buku, seminar atau radio yang kita dengar sangatlah sulit untuk diterapkan sehari-hari, karena pohon-pohon “positif” itu belum mengakar dalam diri kita. Perlu ekstra kerja keras dalam membuat perubahan yang seketika jika keadaannya seperti ini, tetapi tidak perlu berkecil hati selama ada kemauan pasti ada jalan, bukan bisa atau tidak melainkan yang penting adalah mau atau tidak.

Sekali lagi, tubuh dan pikiran kita hari ini terjadi karena apa yang kita lakukan dan pikirkan pada masa lalu, tubuh dan pikiran apa yang ingin Anda lihat pada masa depan, tergantung pada apa yang akan Anda lakukan dan pikirkan mulai saat ini dan ke depannya.


#gobindvashdev - happinessinside

Tidak ada komentar:

Posting Komentar