Buah campur adalah menu tetap disetiap sarapan pagi saya. Tetapi
hari ini ada yang istimewa. Sewaktu asyik menikmatinya, seekor ulat kecil
berwarna merah yang lucu keluar dari timbunan buah yang tersusun tidak rapi di
piring bundar. Tak lama lagi seekor yang lain muncul. Terus terang, saya
terkejut melihat reaksi saya yang tidak kaget melihat ulat yang tiba-tiba
muncul tersebut. Saya ingat sekali beberapa tahun yang lalu kejadian yang hampir
sama pernah saya alami dan waktu itu saya memutuskan untuk tidak melanjutkan
makan buah itu lagi. Sama sekali tidak terlintas perasaan jijik, malah sebuah
perasaan senang bahwa sarapan pagi ini saya nikmati beramai-ramai. Saya merasakan
suatu perasaan yang sulit digambarkan. Saya melihat bahwa ulat tersebut dan
saya diciptakan oleh pencipta yang sama, dan kita sama-sama sedang mengambil energy
dari buah yang sama untuk kelangsungan hidup masing-masing. Ini mengingatkan
saya ketika saya baru saja pindah ke Ubud, kamar yang saya tempati sering
dilalui banyak semut. Semut dengan berbagai ukuran itu muncul dengan tiba-tiba.
Awalnya saya jengkel dengan kehadirannya, saya merasa terganggu, mulai dari
cairan hingga kapur pengusir serangga sudah saya gunakan untuk mengusirnya. Sampai
suatu saat, ketika saya ingin mengusirnya ada sesuatu yang berbicara dalam diri
saya, mungkin itu yang dinamakan suara hati dan berkata, “Tunggu dulu, mengapa
kamu marah?” diri saya yang lainnya menjawab, “ya dia sangat menggangguku.” Kemudian
yang pertama langsung mendebat, “Siapa mengganggu siapa? Bukankah semut-semut
itu sudah ada sebelum kamu disini atau bahkan sebelum kamar ini dibangun? Lagipula
semut-semut itu hanya mencari makanan.” “Dia bukan mencari tetapi mencuri,”
kata yang kedua. “Bukankah kita manusia juga mencuri? Kita mengambil buah dari
pohonnya, bahkan kita mengambil nyawa dari hewan untuk memenuhi kepuasan lidah
kita, jangan karena mereka tidak mengenal uang kau katakan mereka mencuri,
semut juga bekerja, mereka pasti mempunyai fungsi di alam semesta ini, sama
seperti ulat yang menggemburkan tanah dan untuknya mereka mendapat upah makanan
berupa buah dari pohon.”
Sering sekali hal ini terjadi, pergumulan saya dengan diri
saya yang lain ini awalnya sering membuat saya frustrasi. Mereka sama-sama
mempunyai alas an yang kuat, mereka sama-sama pintar memberikan argumennya. Namun,
disisi lain pergumulan ini sangatlah mencerahkan, membuat saya melihat segala sesuatunya
dari perspektif yang lain, sisi yang beda, yang lebih terang dan lebih luas.
Sewaktu di sekolah kita pasti pernah belajar tentang
evolusi, evolusi dari satu bentuk kera ke bentuk kera yang lain juga
hewan-hewan yang lain. Evolusi yang kita pelajari di sekolah adalah evolusi
fisik. Selain evolusi fisik ada juga evolusi pikiran, yaitu suatu perubahan
secara bertahap dalam tingkat pemikiran kita. Perubahan ini bukan dari tidak
tahu menjadi tahu, tetapi lebih dari sekedar tahu, lebih juga dari sekedar
mengerti atau paham, tetapi sadar. Jika seseorang tahu dan mengerti, tetapi
belum juga melakukan apa yang dia pahami, saya menyebutnya belumlah sadar. Saya
tidak mengetahui mekanisme secara terperinci dalam diri seseorang bagaimana
evolusi pikiran ini dapat tumbuh dari dalam bukan dari luar, walau sering kita
mendengar bahwa banyak faktor luar yang dapat mengubah seseorang. Ada yang
mengatakan kita bisa mendapat tingkat berpikir yang lebih baik dengan cara
belajar dari buku atau guru yang luar biasa. Ada juga yang berpendapat bahwa
pengalaman yang besar atau mengejutkan akan mengubah seseorang. Seperti berdampingan
dengan kematian, misalnya seseorang langsung tersadar dan berubah, kemudian
orang tersebut melihat hidup dengan cara yang lain, melihat begitu berharganya
setiap tarikan napas.
Ya, benar sekali, kejadian eksternal akan meningkatkan cara
berpikir seseorang jika ditambahkan sebuah syarat, dan syarat penting itu
adalah jika orang yang mengalami sebuah kejadian mengambil pelajaran darinya. Bukan
kejadian yang mengubah seseorang, tetapi orang tersebut yang mengubah dirinya
sendiri dengan mengambil pelajaran dari kejadian itu. Begitu pula bukan buku
atau orang lain yang mengubah seseorang, tetapi pelajaran yang diambil dari
buku yang dibaca atau orang lain yang dikenalinyalah yang mengubahnya. Peran seseorang
dalam mengambil pelajaran inilah yang terpenting dalam mengubah dirinya, dan
inilah yang menjadikan kita mempunyai tingkatan berpikir lebih tinggi lagi. Dan
dengan cara inilah evolusi pikiran terjadi. Jika terjadi evolusi dalam tingkat
pikiran, pastilah kita akan melihat dunia dengan cara yang berbeda. Sesuatu yang
dulu dianggap sebagai masalah, sekarang mungkin sebagai kesenangan, seperti
contoh ulat dalam buah tersebut. Albert Einstein, seorang ilmuwan yang dinobatkan
sebagai man of the century versi
majalah Time pernah menulis: ”Masalah penting yang kita hadapi tidak
dapat kita pecahkan pada tingkat berpikir yang sama seperti ketika kita menciptakan
masalah tersebut.” Tingkat berpikir yang lebih tinggi adalah hal yang wajib
diperlukan untuk memecahkan masalah. Contoh sederhananya adalah sewaktu kita
duduk di bangku sekolah dasar misalnya, semua pelajaran kelas 1 SD pada saat
kita kelas 1 SD terasa sangat sulit. Namun, ketika kita naik kelas 2, kesulitan
di kelas 1 sudah tidak terasa lagi, apalagi ketika kita naik ke kelas yang
lebih tinggi lagi. Atau pernahkah anda membaca sebuah buku dan anda tidak
mengerti apa yang anda baca, dan setelah beberapa waktu anda membaca lagi anda
mengerti apa yang dimaksud oleh buku tersebut. Jika ya, itu artinya bahwa
ketika kedua kali anda membaca, cara atau tingkat pemikiran anda sudah berubah.
Begitu juga di kehidupan, masalah hanya terjadi ketika tingkat kemampuan seseorang
tidak lebih tinggi daripada masalah tersebut. Disaat tingkat pemikiran sudah di
atas masalah maka semuanya terlihat bukan sebagai masalah.
Nah, ketika sebuah atau beberapa masalah datang berulang-ulang
dalam hidup, kita mempunyai pilihan untuk mengeluh, menyalahkan orang lain,
atau menghindarinya, atau kita ambil pendekatan yang lain, yaitu kita mencoba
belajar untuk meningkatkan pengetahuan dan level berpikir kita sehingga yang
kemarin menjadi masalah hari ini menjadi sebuah kesenangan. Ingatlah disaat kemampuan kita kecil,
masalah terlihat sangat besar dan begitu kemampuan kita besar masalah-masalah
tersebut menjadi pernak-pernik kecil yang membuat kehidupan tampak berkilau.
#gobindvashdev – happinessinside
Tidak ada komentar:
Posting Komentar