Selasa, 24 Februari 2015

1001 Cara Menghadapi si Sariawan

Saya sudah lupa kapan dan terakhir kali terkena sariawan. Sepertinya sariawan sudah bukan hal yang istimewa lagi bagi saya saat ini. Iya… itu karena saat ini saya tidak sedang mengalami yang namanya sariawan itu. Tapii.. kalau pas lagi kena, sepertinya semua energi, fokus, dan perhatian langsung tercurah pada ‘monster kuecil’ yang satu ini.

Adaa aja hal-hal yang membuat si sariawan kok ya sempat-sempatnya mampir di mulut saya. Mulai dari engga ada angin engga ada hujan (alias ga ada apa-apa), eee si sariawan sudah main nempel-nempel aja: ya di bibir, gusi, lidah, pokoknya di wilayah mulut. Kadang pas lagi semangat-semangatnya makan kripik singkong, kena tonjok pas latihan karate, tergigit gigi sendiri, lagi panas dalam, kena sikat gigi, tertusuk duri ikan, dan masih banyak lagi yang tidak bisa saya sebutkan disini. Maafkan saya. hehehe..

Tapi ada juga teman saya yang bilang kalau sariawan itu juga menyangkut masalah psikis seseorang. Misalnya sedang banyak pikiran, stress, emosi negatif yang tidak terkendali, kurang istirahat, dsb juga ditandai dengan munculnya sariawan di mulut. Yang paling ironis, ketika saya sedang melamun kemudian teringat: “sudah lama ya tidak kena sariawan..”, eeeh besoknya sariawannya malah muncul.

Dan kalau sudah begini, segala macam daya upaya, 1001 macam jurus akan dikerahkan untuk melenyapkan si sariawan ini. Mulai dari berdoa kepada Allah SWT yang maha menciptakan segala macam penyakit dan juga kesembuhannya. Kemudian diiringi dengan usaha: menggunakan obat kimia, obat herbal, dan obat yang ngarang sendiri (misalnya: ah siapa tau makan daun ini jadi sembuh). Sampai akhirnya didiamkan saja, cuek, dan akhirnya hilang sendiri.

Orang lain terkadang menyadari kalau saya sedang terkena sariawan. Misalnya ketika sedang makan, saya terlihat sangat hati-hati atau lamaa sekali habisnya (kadang dikira sedang menerapkan sunah rasul: kunyahlah makananmu sebanyak 33x sekali suap). Mereka akhirnya memberi banyak sekali masukan, mulai dari obat-obatan kimia: “coba pakai vitamin ini, tapi pilnya ditaruh ditempat yang sakit sambil dihisap..”, atau, “coba pakai obat tetes ini, suakit sekali tapi cespleng..”. Pas pertama kali pakai memang terasa sekali khasiatnya, tapi setelah beberapa kali sampai habis tiga botol (kidding hehe..) akhirnya cari jalan lain. Kemudian obat-obatan herbal, yang paling terkenal adalah madu. Kata nenek saya: madu adalah obat bagi segala macam penyakit. Sampai yang paling nyleneh, adalah menggunakan abu rokok ! “ya, pakai abu rokok” kata teman saya yakin sekali, “tapi rokoknya rokok herbal” katanya sambil promosi. Waduh saya malah disuruh merokok ini. Pertama saya memang menentang, tapi namanya juga sedang berusaha, ikhtiar, maka segala daya upaya akan dijalani. Kata-kata ajaib teman saya adalah: “ilmu Allah itu sangat luas dan ilmu manusia itu sangat sempit. ibarat jarum yang dicelupkan ke samudra, maka air yang menempel di jarum itu yang dibagikan ke seluruh umat manusia sebagai ilmu”, begitu katanya, “jadi kita tidak tahu apa saja zat-zat yang terkandung di dalam abu rokok herbal (selain racun tentunya) yang belum ditemukan oleh manusia”. Benar-benar positif thinking teman saya ini.

Anehnya, saya benar-benar pernah mencobanya. Ya, dengan cara nyleneh tersebut. Dan alhamdulillah pernah berhasil tapi pernah juga gagal. Dan lucunya, saya pernah menawarkan solusi ini ke pembantu rumah paman saya, dan alhamdulillah berhasil. Kata saudara saya, “ah itu mungkin efek placebo, jadi yang memegang peranan penting adalah kekuatan dari sugesti pasien, bukan dari obat itu sendiri”. dan yang terakhir ini agak nyerempet dengan teknik pengobatan self healing seperti yang pernah saya baca di buku-buku motivasi, dan saya belum bisa menguasainya.

Pada akhirnya, segala macam penyakit memang datang dari Allah, dan juga kesembuhannya. Kita sebagai manusia cuma perlu berusaha (berobat) dan tentu diiringi dengan meminta (doa) kesembuhan. Begitu juga dengan kehidupan ini, pasti akan diwarnai dengan beragam masalah, salah satu contoh kecilnya adalah sariawan itu tadi. Dan bagaimana cara manusia menyikapi masalah tersebut, sudahkah kita berusaha semaksimal mungkin? Sabar juga termasuk usaha lho..

wassalam
Tags: #sehatcaraherbal Kompasiana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar