Ada sebuah cita-cita yang masih terpendam dalah hati saya
sejak remaja, yaitu menjadi konsultan hubungan atau relationship antara pria dan wanita. Mungkin ini terjadi karena
sejak beranjak remaja banyak dari sahabat maupun saudara saya yang berkeluh
kesah tentang hubungan dengan pasangannya kepada saya.
Ditambah lagi begitu banyak perceraian dan pertengkaran plus
perlakuan kekerasan. Sedih sekali melihat fenomena ini banyak terjadi di
sekitar kita. Apapun alasannya, anak selalu menjadi korban. Ada kecenderungan
bahwa semakin lama, angka perceraian semakin meningkat, apalagi di kota-kota
besar atau Negara maju. Amerika serikat contohnya, sekitar 60% dari pernikahan
berakhir. Suatu angka yang mengejutkan sekaligus mengerikan, ketika lebih dari separuh
jumlah anak di Negara super power itu
harus dibersarkan oleh orangtua tunggal atau orangtua tiri.
Dapat dibayangkan jika kita tinggal di tempat yang setengah
pendudukanya saling membenci atau paling tidak pernah berselisih, jika bagi
dunia kehadiran PBB (United Nation)
dirasa penting, menurut saya jauh lebih penting adalah adanya United Relation,
lembaga dunia yang mengurusi tentang hubungan. Jika di dunia ini banyak
konsultan keuangan, pajak, SDM, pemasaran, kenapa konsultan hubungan jarang
terdengar?
Kenyataan ini membuat saya semakin tertarik untuk banyak
belajar mengenai hubungan antar mansia.
Salah satu dari guru-guru “Hubungan” saya adalah John Gray
Ph.D. lewat seri bukunya yang sangat terkenal, men are from Mars and women are from Venus, John Gray tidak hanya
mengupas banyak hal tentang perbedaan pria dan wanita, tetapi juga bagaimana
seseorang sebaiknya bereaksi terhadap pasangannya.
Bagi saya pribadi, manusia adalah sebuah topik yang selalu
menarik dan tidak ada habisnya jika dibicarakan, baik sisi persamaan maupun
perbedaannya. Semua tahu jika pria dan wanita berbeda secara fisik, tetapi
tahukah kita jika perbedaan fisik yang mencolok ini belumlah apa-apa
dibandingkan perbedaan yang ada di dalam. Pria dan wanita sangatlah berbeda
dalam hal berpikir, merasakan, memahami, bereaksi dan mencintai. Mereka
seolah-olah dari planet yang berbeda.
Sekarang coba ingat-ingat, pernahkan anda mendengar seorang
pria mengeluh tentang wanita seperti ini, “Saya tidak habis pikir, bagaimana
dia dapat berpikir seperti itu? Itu kan
nggak ada hubungannya?”
Atau seorang wanita mengeluh, “Kenapa ya dia kok nggak bisa ngertiin saya sedikit saja?”
Pastinya keluhan semacam ini sering kita dengar kan?
Pada suatu saat yang hanya dipisahkan jam, saya pernah
bertemu dengan sepasang kekasih di tempat yang berbeda, sang wanita berkata,
“saya selalu perhatian sama dia, tetapi kok
dia tidak pernah perhatian sama saya.”
Sementara beberapa saat kemudian di tempat berbeda sang pria
juga berkata, ”Saya sudah mengorbankan waktu saya, tetapi kelihatannya dia
tidak bahagia.”
Dapatkah anda lihat, kedua pasangan ini saling memberi,
tetapi seolah-olah keduanya tidak menerima apa-apa. Mengapa ini terjadi?
Jawabnannya karena kebutuhan mereka berbeda. Pria haus dan wanita lapar, pria
ingin minum tetapi yang ditawarkan adalah makanan, dan juga sebaliknya.
Menurut survey, hal yang paling dikeluhkan wanita terhadap
pria adalah pria tidak mendengarkan wanita dengan baik, ini dapat dipahami karena
dalam mendengar otak pria tidak sebaik wanita. Sementara hal yang paling tidak
disukai pria terhadap pasangannya adalah bahwa wanita mencoba untuk tidak
menasihati pria jika tidak diminta.
Otak pria terkotak-kotak dan mampu memilah-milah informasi
yang masuk. Di malam hari, setelah seharian penuh aktivitas pria dapat
menyimpan semuanya di otaknya. Sementara otak wanita tidak bekerja seperti itu,
informasi atau masalah yang diterimanya akan terus berputar-putar dalam
otaknya. Dan ini tidak akan berhenti sampai dia dapat mencurahkan isi otaknya,
alias curhat.
Oleh sebab itu, secara umum jika wanita bicara tujuannya
adalah untuk mengeluarkan unek-uneknya, bukan untuk mencari solusi. Namun, apa
yang terjadi? Pria langsung memberikan solusi saat mendengar keluh kesah
pasangannya. Padahal seringkali bukan itu yang diharapkan. Wanita hanya
mengharapkan pasangannya mendengar isi hatinya, begitu semua yang ada di hati
keluar, wanita merasa lega dan dapat mencintai dengan lebih dalam.
Rata-rata wanita dapat bicara 20.000 kata dalam sehari.
Sementara pria hanya sekitar 7.000 kata sehari. Perbedaan ini kelihatan jelas
ketika jam makan malam tiba. Pria sudah menghabiskan 7.000 katanya dan tidak mood lagi untuk bicara lebih lanjut. Persediaan wanita tergantung dari apa
yang sudah dia lakukan sepanjang hari. Jika dia sudah banyak berbicara dengan
orang lain hari itu, dia pun akan sedikit berbicara. Jika dia tinggal di rumah
saja, mungkin dia sudah menggunakan sekitar 3.000 kata. Masih ada 17.000 kata
lagi!
Berbeda dengan wanita, pria jika mempunyai masalah, dia
cenderung untuk diam, membaca surat kabar, nonton TV, atau bermain bola. Otaknya
akan terus berpikir untuk solusinya. Namun, keadaan seperti ini oleh wanita
diartikan sebagai tindakan yang mengabaikan
dirinya. Wanita mulai tersinggung kala pria mengalihkan perhatian pada
berita-berita atau bermain basket di luar.
Pada saat seperti itu, wanita mulai mendesak pria untuk
berbicara mengenai masalahnya. Wanita mengharapkan pria dapat berbagi seperti
wanita untuk melegakan perasaannya. Namun ini tidak akan terjadi, jika masalah
seorang pria terlalu besar, pria akan mencari seseorang yang dianggap cakap
untuk membantu menyelesaikannya. Sementara wanita merasa senang jika
membicarakan detail-detail kesulitannya saja.
Pada pria, sebuah persoalan harus diselesaikan, tetapi bagi
wanita persoalan harus di sharing,
tanpa harus selalu ada penyelesaiannya. Fenomena yang terjadi di sekitar kita: Jika
seorang pria mendengar keluhan dari wanita, pria secara insting akan menyela dan
memberikan solusi. Padahal hal ini tidak diperlukan oleh pasangannya, yang
diperlukan adalah telinga untuk mendengar dan sebuah pelukan yang hangat untuk
menetramkan.
Begitu juga dengan wanita, jika pasangannya mempunyai persoalan,
wanita cenderung mendesak sambil bertanya kenapa sang pria sangat diam dan dia
tidak mau berbagi. Akan baik sekali jika wanita menahan
pertanyaan-pertanyaannya hingga pria berbicara sendiri. Menanyai seorang pria
yang mempunyai persoalan, apalagi memberi nasihat, akan membuat pria semakin
tidak nyaman dan lebih tertutup.
Apa yang tertulis di atas adalah secuil perbedaan antara
pria dan wanita. Jika kita mau dan belajar memahami perbedaan-perbedaan ini
lebih luas, kita akan sangat mungkin menguraikan banyak kekecewaan dalam
bergaul. Kesalahpahaman dapat lenyap dengan cepat atau dapat dicegah. Harapan-harapan
yang keliru dengan mudah dapat dikoreksi. Jika kita ingat bahwa pasangan kita
berbeda bagaikan berasal dari planet lain, kita dapat santai bekerja sama
dengan perbedaan-perbedaan itu, bukannya melawan atau mengubahnya. Mengetahui perbedaan
kebutuhan kita dengan pasangan dan sanggup menerima perbedaan-perbedaan
tersebut adalah cara untuk mengembangkan cinta.
Sebelum bagian ini berakhir, ada baiknya kita bertanya pada
diri sendiri, manakah yang lebih penting antara bisnis, karier, uang, dan
keluarga? Jika jawaban anda adalah keluarga, mungkin tulisan di bawah ini
adalah sesuatu yang perlu direnungkan.
Setelah kita belajar
banyak tentang bagiamana memulai bisnis, bagaimana meningkatkan karier, dan
bagaimana mengembangkan uang, sudah cukupkah kita belajar tentang pasangan
kita, sudahkah kita belajar mengatasi tantangan yang akan timbul dalam rumah
tangga?
Sewaktu bisnis kita akan jatuh, apa yang akan kita lakukan? Kita
akan mati-matian mengupayakan untuk dapat bangkit, kita menginvestasikan waktu
lebih lama di kantor, tenaga dan pikiran juga kita curahkan sepenuhnya. Tidak jarang
kita membayar konsultan untuk memberi ilmu yang akan membantu bisnis agar
terselamatkan.
Namun apakah kita akan berbuat hal yang sama jika itu
terjadi di dalam kerluarga? Jika hubungan mulai retak, apakah kita akan lebih
lama tinggal di rumah atau merencanakan bulan madu yang kedua? Akankah kita
mencurahkan tenaga dan pikiran lebih banyak pada hubungan kita? Akankah kita
memanggil seseorang dan belajar kepadanya apa yang harus dilakukan?
Hmmm, something to
think about?
#gobindvashdev – happinessinside
Tidak ada komentar:
Posting Komentar