Kamis, 05 Maret 2015

Pria dan Wanita, Berbedakah?

Ada sebuah cita-cita yang masih terpendam dalah hati saya sejak remaja, yaitu menjadi konsultan hubungan atau relationship antara pria dan wanita. Mungkin ini terjadi karena sejak beranjak remaja banyak dari sahabat maupun saudara saya yang berkeluh kesah tentang hubungan dengan pasangannya kepada saya.

Ditambah lagi begitu banyak perceraian dan pertengkaran plus perlakuan kekerasan. Sedih sekali melihat fenomena ini banyak terjadi di sekitar kita. Apapun alasannya, anak selalu menjadi korban. Ada kecenderungan bahwa semakin lama, angka perceraian semakin meningkat, apalagi di kota-kota besar atau Negara maju. Amerika serikat contohnya, sekitar 60% dari pernikahan berakhir. Suatu angka yang mengejutkan sekaligus mengerikan, ketika lebih dari separuh jumlah anak di Negara super power itu harus dibersarkan oleh orangtua tunggal atau orangtua tiri.

Dapat dibayangkan jika kita tinggal di tempat yang setengah pendudukanya saling membenci atau paling tidak pernah berselisih, jika bagi dunia kehadiran PBB (United Nation) dirasa penting, menurut saya jauh lebih penting adalah adanya United Relation, lembaga dunia yang mengurusi tentang hubungan. Jika di dunia ini banyak konsultan keuangan, pajak, SDM, pemasaran, kenapa konsultan hubungan jarang terdengar?

Kenyataan ini membuat saya semakin tertarik untuk banyak belajar mengenai hubungan antar mansia.

Salah satu dari guru-guru “Hubungan” saya adalah John Gray Ph.D. lewat seri bukunya yang sangat terkenal, men are from Mars and women are from Venus, John Gray tidak hanya mengupas banyak hal tentang perbedaan pria dan wanita, tetapi juga bagaimana seseorang sebaiknya bereaksi terhadap pasangannya.

Bagi saya pribadi, manusia adalah sebuah topik yang selalu menarik dan tidak ada habisnya jika dibicarakan, baik sisi persamaan maupun perbedaannya. Semua tahu jika pria dan wanita berbeda secara fisik, tetapi tahukah kita jika perbedaan fisik yang mencolok ini belumlah apa-apa dibandingkan perbedaan yang ada di dalam. Pria dan wanita sangatlah berbeda dalam hal berpikir, merasakan, memahami, bereaksi dan mencintai. Mereka seolah-olah dari planet yang berbeda.
Sekarang coba ingat-ingat, pernahkan anda mendengar seorang pria mengeluh tentang wanita seperti ini, “Saya tidak habis pikir, bagaimana dia dapat berpikir seperti itu? Itu kan nggak ada hubungannya?”

Atau seorang wanita mengeluh, “Kenapa ya dia kok nggak bisa ngertiin saya sedikit saja?”
Pastinya keluhan semacam ini sering kita dengar kan?

Pada suatu saat yang hanya dipisahkan jam, saya pernah bertemu dengan sepasang kekasih di tempat yang berbeda, sang wanita berkata, “saya selalu perhatian sama dia, tetapi kok dia tidak pernah perhatian sama saya.”

Sementara beberapa saat kemudian di tempat berbeda sang pria juga berkata, ”Saya sudah mengorbankan waktu saya, tetapi kelihatannya dia tidak bahagia.”

Dapatkah anda lihat, kedua pasangan ini saling memberi, tetapi seolah-olah keduanya tidak menerima apa-apa. Mengapa ini terjadi? Jawabnannya karena kebutuhan mereka berbeda. Pria haus dan wanita lapar, pria ingin minum tetapi yang ditawarkan adalah makanan, dan juga sebaliknya.
Menurut survey, hal yang paling dikeluhkan wanita terhadap pria adalah pria tidak mendengarkan wanita dengan baik, ini dapat dipahami karena dalam mendengar otak pria tidak sebaik wanita. Sementara hal yang paling tidak disukai pria terhadap pasangannya adalah bahwa wanita mencoba untuk tidak menasihati pria jika tidak diminta.

Otak pria terkotak-kotak dan mampu memilah-milah informasi yang masuk. Di malam hari, setelah seharian penuh aktivitas pria dapat menyimpan semuanya di otaknya. Sementara otak wanita tidak bekerja seperti itu, informasi atau masalah yang diterimanya akan terus berputar-putar dalam otaknya. Dan ini tidak akan berhenti sampai dia dapat mencurahkan isi otaknya, alias curhat.

Oleh sebab itu, secara umum jika wanita bicara tujuannya adalah untuk mengeluarkan unek-uneknya, bukan untuk mencari solusi. Namun, apa yang terjadi? Pria langsung memberikan solusi saat mendengar keluh kesah pasangannya. Padahal seringkali bukan itu yang diharapkan. Wanita hanya mengharapkan pasangannya mendengar isi hatinya, begitu semua yang ada di hati keluar, wanita merasa lega dan dapat mencintai dengan lebih dalam.

Rata-rata wanita dapat bicara 20.000 kata dalam sehari. Sementara pria hanya sekitar 7.000 kata sehari. Perbedaan ini kelihatan jelas ketika jam makan malam tiba. Pria sudah menghabiskan 7.000 katanya dan tidak mood lagi untuk bicara lebih lanjut. Persediaan wanita tergantung dari apa yang sudah dia lakukan sepanjang hari. Jika dia sudah banyak berbicara dengan orang lain hari itu, dia pun akan sedikit berbicara. Jika dia tinggal di rumah saja, mungkin dia sudah menggunakan sekitar 3.000 kata. Masih ada 17.000 kata lagi!

Berbeda dengan wanita, pria jika mempunyai masalah, dia cenderung untuk diam, membaca surat kabar, nonton TV, atau bermain bola. Otaknya akan terus berpikir untuk solusinya. Namun, keadaan seperti ini oleh wanita diartikan  sebagai tindakan yang mengabaikan dirinya. Wanita mulai tersinggung kala pria mengalihkan perhatian pada berita-berita atau bermain basket di luar.

Pada saat seperti itu, wanita mulai mendesak pria untuk berbicara mengenai masalahnya. Wanita mengharapkan pria dapat berbagi seperti wanita untuk melegakan perasaannya. Namun ini tidak akan terjadi, jika masalah seorang pria terlalu besar, pria akan mencari seseorang yang dianggap cakap untuk membantu menyelesaikannya. Sementara wanita merasa senang jika membicarakan detail-detail kesulitannya saja.

Pada pria, sebuah persoalan harus diselesaikan, tetapi bagi wanita persoalan harus di sharing, tanpa harus selalu ada penyelesaiannya. Fenomena yang terjadi di sekitar kita: Jika seorang pria mendengar keluhan dari wanita, pria secara insting akan menyela dan memberikan solusi. Padahal hal ini tidak diperlukan oleh pasangannya, yang diperlukan adalah telinga untuk mendengar dan sebuah pelukan yang hangat untuk menetramkan.

Begitu juga dengan wanita, jika pasangannya mempunyai persoalan, wanita cenderung mendesak sambil bertanya kenapa sang pria sangat diam dan dia tidak mau berbagi. Akan baik sekali jika wanita menahan pertanyaan-pertanyaannya hingga pria berbicara sendiri. Menanyai seorang pria yang mempunyai persoalan, apalagi memberi nasihat, akan membuat pria semakin tidak nyaman dan lebih tertutup.

Apa yang tertulis di atas adalah secuil perbedaan antara pria dan wanita. Jika kita mau dan belajar memahami perbedaan-perbedaan ini lebih luas, kita akan sangat mungkin menguraikan banyak kekecewaan dalam bergaul. Kesalahpahaman dapat lenyap dengan cepat atau dapat dicegah. Harapan-harapan yang keliru dengan mudah dapat dikoreksi. Jika kita ingat bahwa pasangan kita berbeda bagaikan berasal dari planet lain, kita dapat santai bekerja sama dengan perbedaan-perbedaan itu, bukannya melawan atau mengubahnya. Mengetahui perbedaan kebutuhan kita dengan pasangan dan sanggup menerima perbedaan-perbedaan tersebut adalah cara untuk mengembangkan cinta.

Sebelum bagian ini berakhir, ada baiknya kita bertanya pada diri sendiri, manakah yang lebih penting antara bisnis, karier, uang, dan keluarga? Jika jawaban anda adalah keluarga, mungkin tulisan di bawah ini adalah sesuatu yang perlu direnungkan.

Setelah kita belajar banyak tentang bagiamana memulai bisnis, bagaimana meningkatkan karier, dan bagaimana mengembangkan uang, sudah cukupkah kita belajar tentang pasangan kita, sudahkah kita belajar mengatasi tantangan yang akan timbul dalam rumah tangga?

Sewaktu bisnis kita akan jatuh, apa yang akan kita lakukan? Kita akan mati-matian mengupayakan untuk dapat bangkit, kita menginvestasikan waktu lebih lama di kantor, tenaga dan pikiran juga kita curahkan sepenuhnya. Tidak jarang kita membayar konsultan untuk memberi ilmu yang akan membantu bisnis agar terselamatkan.

Namun apakah kita akan berbuat hal yang sama jika itu terjadi di dalam kerluarga? Jika hubungan mulai retak, apakah kita akan lebih lama tinggal di rumah atau merencanakan bulan madu yang kedua? Akankah kita mencurahkan tenaga dan pikiran lebih banyak pada hubungan kita? Akankah kita memanggil seseorang dan belajar kepadanya apa yang harus dilakukan?

Hmmm, something to think about?


#gobindvashdev – happinessinside

Tidak ada komentar:

Posting Komentar